Desir Episode 1




Seketika, awan mendung mulai menyelimuti langit sore itu. Aku mulai menyingkir ke pepohonan rimbun yang ada di seberang sana, sementara yang lain sibuk mencari-cari jas hujan dan payung yang masing-masing mereka bawa.

Setelah berhasil menemukan tempat perlindungan  masing-masing, kami menunggu sampai hujan reda. Aku memandangi genangan-genangan air jernih yang terbentuk di atas rerumputan yang hijau gemerlapan itu. Ah, ingin rasanya untuk sekadar mewadahi air itu dengan kedua tangan, lalu meminumnya dengan puas. Apalagi, aku belum minum dari pagi sampai tengah hari ini.

Hari ini adalah salah satu dari rangkaian study trip yang diselenggarakan sekolah kami. Lokasi trip ini yaitu di Messina, tepatnya jantung dari pulau paling selatan Italia, yaitu pulau Sicilia. Walau pantai-pantai pulau Sicilia tidak seindah seperti pantai Anzio atau pantai di Salerno, tapi setidaknya wisata di pulau ini lebih menarik dan menantang, Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa pulau ini adalah pusatnya gembong mafia Negara ini, yang kesohor disebut dengan Cosa nostra itu.

Selepas hujan reda, aku memanggil mereka, Naya dan Rachel untuk kembali bergabung.
 Naya adalah gadis yang berasal dari Milan. Umurnya lebih muda 1 tahun dariku, dan dia adalah yatim piatu. Orang tuanya tewas dalam sebuah perampokan, yang menyisakan dia seorang dari keluarga itu. Maka dari itu, dia agak berbeda dari yang lainnya. Dia memang selalu berwajah ceria, tapi jauh dalam matanya terlihat bahwa dia masih berkabung atas semua itu. Dia diasuh oleh kakak iparnya, dan dia adalah murid terpintar di kelas.

Sementara, Rachel adalah gadis yang berasal dari Venesia. Dia terlahir dari keluarga konglomerat, tapi dia adalah orang yang rendah hati dan suka menolong. Jarang sekali ditemukan orang yang seperti itu di dunia ini.

Aku sendiri? Aku adalah laki-laki, yang entah kenapa lebih condong untuk bergaul dengan lawan jenis dibanding dengan sesama. Mungkin karena pendidikan orang tua, atau apapun. Aku juga tidak mengerti.
Setelah kembali berkumpul, kami pun bergegas menuju kamp penginapan yang berada sekitar 5 km jauhnya dari tempat kami berada. Tak terasa memang, rasa penasaran yang begitu besar tentang tempat ini, membuat kami tersasar sampai 5 km jauhnya.

‘Besok kita ke tempat ini lagi, kita belum selesai kawan!’ Naya seakan-seakan bisa membaca pikiranku.
‘Siap lah, siapa takut!’ , timpal Rachel. ‘Siap komandan!!’, timpal aku juga.

Kami menghabiskan malam itu dengan minum kopi sampai beberapa sachet banyaknya. Kami ingin terus terjaga, hingga kami berhasil memecahkan teka-teki yang kami temukan dari tempat tadi.

Kami tidur berbeda kamar, tapi tidak berjauhan. Setiap kamar terdiri dari 4 orang, kalau tidak laki-laki semua, ya perempuan semua. Tidak lain, ini adalah upaya untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan.

0 komentar:

Post a Comment