Film 'Manusia Setengah Salmon' : Karya Terbaru Raditya Dika

Hari itu, Selasa 13 Agustus, saya jalan-jalan ke bioskop Twenty One di BIP, dan saya melihat jejeran film berpredikat 'coming soon' di salah satu bagiannya. Dan, film pertama yang ada di jejeran film itu adalah 'Manusia Setengah Salmon'. Bagi pembaca setia Raditya Dika seperti saya, mungkin langsung tahu bahwa film ini merupakan adaptasi novel keenamnya yang berjudul sama.

1376472591325260781

                                                                                             Penampakan covernya

Saya langsung geleng-geleng kepala tanda takjub, bukan apa-apa. Baru saja kira-kira sebulan yang lalu, dia merilis film 'Cinta Dalam Kardus' yang bergenre sama, komedi romantis. Dan kira-kira, sebulan sebelum perilisan Cinta Dalam Kardus, dia juga sudah meluncurkan 'Cinta Brontosaurus' yang bergenre sama pula.
Sebagai penyuka buku-bukunya(tidak termasuk filmnya loh) saya merasa senang-senang saja dengan begitu produktifnya Raditya Dika dalam menghasilkan film-filmnya. Bisa jadi ini titik cerah bagi industri film Indonesia yang beberapa tahun terakhir begitu disesaki oleh film-film yang jika tidak bergenre horor, ya porno. Bahkan, kebanyakan filmnya menggabungkan dua genre tersebut, seperti Tali Pocong Perawan, atau Kungfu Pocong perawan (saya bahkan tak pernah mengetahui jenis kelaminnya pocong).

Mungkin yang menjadi sedikit catatan adalah , ada baiknya seseorang menjadi produktif, asalkan kualitasnya tetap terjaga. Seperti halnya seorang pemusik. Misal, saya suka Arctic Monkeys. Dan, semenjak album pertamanya yang sukses berat, mereka merilis album tiap 2 tahun sekali. Dan, itu sangat menjaga kualitas album mereka dari masa ke masa. Bayangkan jika mereka merilisnya setiap setahun sekali, atau bahkan sebulan sekali, itu pasti bakal mengurangi minat fans untuk mendengarkan lagu-lagunya, karena minim unsur kejutan yang bakal ada. Comeback mereka tidak akan ditunggu-tunggu. Dan, lama-lama fans akan bosan. Itulah yang saya takutkan akan terjadi pada Raditya Dika. Apalagi, sekarang dia masih membesut Malam Minggu Miko season 2, yang notabene dibikinnya sendiri (he act, direct, and write himself!).

Dan bukan rahasia lagi, bahwa karya pertama seorang musisi/penulis/dll biasanya adalah yang terbaik. Sangat sulit untuk mengikuti sukses dari album perdana dari seorang musisi. Inilah yang terjadi dengan Raditya Dika. Kesuksesan Kambing Jantan sebagai mega-bestseller, tidak bisa disamai oleh buku-buku setelahnya, walau sama-sama best seller juga. Menurut saya, yang bisa menyamai kekocakan dan kegilaan KambingJantan adalah Babi Ngesot. Mungkin saja ini adalah proses menuju kedewasaan bagi Radit dan komedinya, atau penurunan kualitas, mungkin?

Seperti yang diakui Raditya dalam wawancaranya, dia bilang bahwa cerita Cinta Brontosaurus lebih nge-pop, sementara Cinta Dalam Kardus adalah adaptasi dari stand up comedy. Kedua-duanya bergenre sama, komedi romantis. Hanya alur dan skenarionya saja yang berbeda.

Memang patut ditunggu, apalagi yang akan Raditya Dika lakukan di film terbarunya? Apakah akan membuat inovasi baru, atau malah memancing kebosanan para fansnya? Apakah dia ingin menjadi seperti Adipati Dolken, yang nongol di hampir setiap film layar lebar Indonesia? Kita tunggu saja.

1 comment: